- Back to Home »
- Belajar Iman »
- Antara Madu dan Masjid Makmur
Minggu, 26 Mei 2013
Suatu hari penduduk kampung masing-masing diwajibkan urunan menyetor
satu sendok madu, sehingga diharapkan target satu galon madu dapat
dikumpulkan.
Rupanya ada yang membawa sesendok air (bukan madu), dia berfikir yang membawa air hanya dia, yang lainnya pasti membawa madu. Jadi tidak apa-apalah melanggar, sedekit saja juga.
Ternyata yang berfikir seperti itu tidak hanya dia. Tetapi hampir seluruh penduduk berfikiran sama, sehingga yang terkumpul adalah segalon air, bukan madu.
Begitu juga ..
Ketika diperintahkan tiap muslim memakmurkan masjid, masing-masing berfikir untuk berjuang 'di luar' masjid. Masing-masing mereka mengira selain dia kan masih banyak yang berjuang di masjid.
Dan yang terjadi ternyata semua berfikir mengandalkan yang lain, sehingga kenyataan yang terjadi... masjid sepi, karena semua berjuang 'di luar masjid'.
Rupanya ada yang membawa sesendok air (bukan madu), dia berfikir yang membawa air hanya dia, yang lainnya pasti membawa madu. Jadi tidak apa-apalah melanggar, sedekit saja juga.
Ternyata yang berfikir seperti itu tidak hanya dia. Tetapi hampir seluruh penduduk berfikiran sama, sehingga yang terkumpul adalah segalon air, bukan madu.
Begitu juga ..
Ketika diperintahkan tiap muslim memakmurkan masjid, masing-masing berfikir untuk berjuang 'di luar' masjid. Masing-masing mereka mengira selain dia kan masih banyak yang berjuang di masjid.
Dan yang terjadi ternyata semua berfikir mengandalkan yang lain, sehingga kenyataan yang terjadi... masjid sepi, karena semua berjuang 'di luar masjid'.